Suara bising malam itu sedikit lebih bersahabat, tidak terlalu membuat telingaku tersayat oleh deru mesin yang biasanya berlipat-lipat. Kulihat mesin yang selalu bersamaku setiap hari sedang dalam keadaan yang sangat menyebalkan. Sebenarnya, hal ini sudah biasa bagiku, bahkan sudah biasa bagi kedua rekanku, Mang Aja dan Reno, yang setiap hari menemaniku.
Segera aku menghampiri mesinku dengan langkah yang mantap, kusiram dan kubersihkan produk-produk hasil produksi yang mengotori kaca-kaca mesinku. "Duh, nge-jam lagi ya?" terdengar suara kekecewaan dari arah belakangku. "Iya, Pak. Setengah jam udah ketiga kalinya nih. Pack-nya penyok-penyok terus" Jawabku cepat. Segera dia mengamati keseluruhan mesin, mencoba menganalisis setiap kemungkinan masalah yang ada.
"Ini ada yang patah volume flap nya." terang A' Randy, begitulah ku memanggilnya, seorang teknisi muda yang biasa memperbaiki mesinku ketika bermasalah. Aku menyadari, analisanya boleh jadi tepat, namun tidak demikian bagi Pak Sarno atasanku. "Coba Pak, saya mau cek cutting unit nya." seru beliau kepada A' Randy. Dengan cekatan beliau meraba, memastikan ada tidaknya bagian mesin yang patah atau tidak sesuai dengan semestinya.
"Ini bukan volume flap nya Pak, ini pasti ada spring di cutting unit yang patah. Coba tolong bongkar bagian ini ya Pak." A' Randy yang tampak ragu mencoba untuk menuruti permintaan Pak Sarno untuk membongkarnya. Benar saja, ternyata ada spring di cutting unit yang patah. Segera setelah diperbaiki, mesinku kini mulai beroperasi dengan semestinya.
Begitulah Pak Sarno, meskipun beliau bukanlah seorang teknisi yang bertanggung jawab terhadap kerusakan mesin, namun beliau memiliki analisis yang hampir selalu tepat. Meskipun posturnya kecil dan usia nya sudah menginjak setengah abad, namun langkahnya selalu cepat dan aura wajahnya selalu bersemangat. Tutur kata nya serasi, tanpa pernah mencoba menggurui atau bahkan menghakimi. Beliau selalu total dalam bekerja, tak pernah baginya berpura-pura sakit seperti halnya karyawan lainnya.
Pak Sarno juga tidak pernah menasihati bawahannya secara langsung, tetapi
selalu berusaha untuk menceritakan kejadian-kejadian atau contoh-contoh
yang berhubungan. Pernah suatu saat beliau menasihatiku. "Mas Tri, kemarin di shift siang ada yang luka kena cipratan steam."
"Oh, ya Pak. Saya harus lebih berhati-hati." jawabku pelan.
Banyak yang menyukai beliau namun juga banyak yang tidak menyukainya. Namun bagiku, beliau adalah sosok yang baik untuk dicontoh dan dihormati. Karena beliau lah, aku mempelajari sosok yang benar-benar meresapi bahwa bekerja adalah sebuah ibadah.
*Cerita pendek inspiratif yang khusus ku tulis dan didekasikan untuk Beliau.
Langganan:
Postingan (Atom)
Rezeki Tambahan
"Rezeki tambahan" Namanya juga pedagang, mendapati pembeli yang menjual kembali barang yang sudah dibeli rasanya biasa. Dan saya ...
-
Beberapa saat yang lalu, saya melakukan transaksi yang cukup intens via whatsApp Messenger dengan pelanggan komputer baru saya yang tingga...
-
Oke, judul yang gw angkat ini lebih kepada keinginan besar gw untuk bisa sharing 2 rute pilihan apabila kalian pengen melakukan perjalanan...
-
Dalam 2 bulan terakhir ini, saya cukup dibuat terkejut dengan pergerakan harga Phenom II X4 955 yang menembus turun ke harga 800rb-an. Ber...