Rabu, 17 September 2008

Mekatronika

Apakah Mekatronika itu?
Istilah “mechatronics” (diindonesiakan sebagai mekatronika) pertamakali muncul di Jepang pada tahun 1969 Istilah ini muncul dari kalangan industri, yaitu Yaskawa Electric. Kemudian pada tahun 1972, kata “mechatronics” menjadi merek dagang yang dimiliki oleh Yaskawa Electric. Istilah ini kemudian tersebar luas penggunaannya di kalangan industri. Agar banyak kalangan semakin bebas menggunakan kata “mechatronics” ini, pada tahun 1982 Yaskawa memutuskan untuk melepaskan haknya atas kata tersebut. Sejak saat itu kata tersebut mempunyai makna yang lebih luas, dan pada saat ini telah diterima sebagai istilah teknik untuk menggambarkan cara pandang atau pemikiran dalam bidang teknik /rekayasa.

Mekatronika mendapatkan legitimasinya secara akademis pada tahun 1996, yaitu sejak dterbitkannya jurnal ilmiah khusus mekatronika, IEEE/ASME Transactions on Mechatronics. Dan sejak itu pula banyak perguruan tinggi ternama dunia yang mendirikan departemen mekatronika.

Berdasarkan definisi awalnya mekatronika hanya mencakup elemen-elemen mekanikal dan elektronik/elektrikal saja. Namun dalam perkembangannya mempunyai cakupan yang lebih luas yaitu, suatu bidang yang mengintegrasikan teknik mesin, elektronika, perangkat keras dan perangkat lunak komputer, komunikasi, ilmu bahan, mikroelektronika, juga kecerdasan buatan.Perkembangan Mekatronika di Indonesia
Di Indonesia mekatronika merupakan istilah baru di bidang pendidikan maupun industri. Ada hubungan erat di antara keduamya. Perkembangan mekatronika sebagai proses maupun sebagai hasil akhir dari suatu industri harus pula didukung oleh pengembangan mekatronika di institusi pendidikan. Perguruan tinggi bisa berperan sebagai mitra dalam pengembangan teknologi yang berkaitan dengan mekatronika. Hal ini didukung pula dengan pendirian jurusan yang mendedikasikan diri di bidang mekatronika pada beberapa perguruan tinggi di Indonesia.

Sementara itu, kalangan industri di Indonesia, disadari atau tidak, telah banyak menggunakan peralatan “mekatronis”, sehingga banyak membutuhkan tenaga kerja yang ahli di bidang mekatronika.

Institusi perguruan tinggi di Indonesia diharapkan dapat segera mengantisipasi tuntutan dunia industri yang terus berkembang, terutama tuntutan dunia industri terhadap tenaga terampil di bidang mekatronika. Dalam beberapa kesempatan penulis sempat menemukan iklan lowongan kerja di surat kabar, yang telah menspesikasikan kebutuhannya akan lulusan program diploma atau S1 di bidang mekatronika.

Sampai saat ini, sepengetahuan penulis, kajian mekatronika di Indonesia baru terdapat di beberapa perguruan tinggi (vokasional). Namun beberapa Fakultas Teknik di perguruan tinggi pada saat ini telah memasukkan mekatronika sebagai mata kuliah.Aspek edukasi di bidang mekatronika ini memiliki peluang yang menjanjikan. Kebutuhan akan tenaga mekatronika seharusnya dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh institusi pendidikan maupun siswa. Indonesia perlu mencetak tenaga ahli unggulan di bidang mekatronika, baik sebagai peneliti maupun sebagai praktisi.

Salah satu negara tetangga kita, yaitu Singapura sangat agresif dalam pengembangan mekatronika. Hal ini didukung dengan adanya departemen mekatronika di beberapa Politeknik maupun Universitas. Pada umumnya ada “link and match” antara perguruan tinggi tersebut dengan dunia industri di Singapura. Perlu diketahui bahwa Singapura adalah produsen harddisk terbesar dunia. Di mana perangkat harddisk itu sendiri merupakan produk mekatronik yang canggih.

Salah seorang pakar mekatronika Indonesia, yaitu Dr. Estiko Riyanto dari LIPI, pernah mempunyai gagasan yang cemerlang untuk pengembangan mekatronika di Indonesia yaitu dengan memulai dari hilir. Dalam hal ini adalah pengembangan industri motor listrik., karena mayoritas perangkat mekatronik menggunakan motor listrik sebagai penggeraknya.

Kita memang telah tertinggal jauh dalam pengembangan mekatronika. Untuk mengejar ketertinggalan kita di bidang mekatronika ini memang diperlukan ketekunan, belajar dan pantang menyerah!

—-Artikel dimuat bulan di Harian Kedaulatan Rakyat, Desember 2005

Rezeki Tambahan

"Rezeki tambahan" Namanya juga pedagang, mendapati pembeli yang menjual kembali barang yang sudah dibeli rasanya biasa. Dan saya ...