Minggu, 15 September 2013

Girls, SAMPAI JUMPA!!! ~

14 September 2013 boleh jadi adalah hari yang sangat memorable bagi para SONE (sebutan fans SNSD) se-Indonesia. Kenapa demikian tak lain adalah karena di hari itulah diadakan konser tunggal SNSD bertajuk "Girls' Generation World Tour 2013 - Girls and Peace" yang diselenggarakan di MEIS Ancol Jakarta. Dan gw sebagai salah satu SONE (ya meskipun cuma sebatas fans youtube mereka) ikut memaksakan diri menonton. Kenapa memaksakan diri? Pertama, harga konsernya relatif mahal (antara 600rb-2,5jt). Kedua, berhubung hari sabtu gw harus masuk kerja, alhasil gw harus izin ga masuk kerja dulu setidaknya buat hari itu. Ketiga, jikalau gw jadi nonton maka gw dipastikan akan nonton sendirian karena temen-temen gw yang "ngakunya" SONE ternyata ga ada yang bisa nonton dengan berbagai alasan.

Pada akhirnya gw memutuskan untuk menonton konser mereka dan memilih kelas Festival (Pink A) seharga 1,5jt. Alasan gw pengen nonton konser mereka itu karena pertama, gw suka SEMUA lagu-lagu mereka. Kedua, gw pengen melihat dan mendengarkan perform mereka secara langsung dari dekat (especially for our ice princess, Sica, ehehe). Ketiga, gw penasaran aja seperti apa sih atmosfer konser KPOP beserta fanatisme para penontonnya.


Antrian di Main Gate Venue

Dengan mengendarai motor sendirian, gw tiba di MEIS sekitar jam 1.30 siang. Memang masih ada 3 jam lagi sebelum konser dimulai, tapi keramaian SONEs sudah terlihat jelas di sekitar venue. Perbandingan antara fanboy dan fangirl nya pun relatif berimbang. Hal tersebut sekaligus mematahkan asumsi gw pada awalnya bahwa penonton hanya akan dipenuhi oleh mostly fanboy nya saja.

Penampilan mereka pun beragam, ada yang sengaja memakai jersey klub sepakbola dengan nama punggung salah satu member lengkap dengan nomer punggungnya. Ada juga yang bergerombol dan kompak mengenakan kaos tur SNSD lengkap dengan atribut-atributnya, seperti bando, fanlight, kipas, fanboard, dll. Disamping itu ada juga yang menonton tanpa membawa atribut dan hal-hal identik selayaknya seorang fans, contohnya ya gw tentunya, ehehe :D. Meskipun outfit yang gw kenakan agak "maksa" korea (gw pake jaket seperti di MV Oh) ditambah dengan rambut yang "agak" merah, tapi tetap saja datang ke konser dengan tanpa membawa apapun terasa kurang. No lightstick, No fanboard, No T-Shirt, yeah, i'm a fan but it looks like a shit, hehe. (fanboy ga modal :D)

Dari panitia fanbase @soneid dan @soshindo terlihat mereka sibuk membagikan dua kertas yang satunya bertuliskan "Its HYOurs again" dan satu lagi ditulis menggunakan hangul yang ngga gw mengerti bacaannya dan bahkan artinya. Dalam hati gw berkata "Akhirnya ada juga yang bakal gw pegang-pegang meskipun itu pemberian gratis." Mereka juga mengajak SONE untuk mencelupkan jari kelingking ke tinta pink yang telah mereka sediakan. Ini merupakan bagian dari fanevents yang telah mereka rencanakan dengan tajuk "SNSD Pink OCEAN" dan juga merayakan hari ulang tahun Hyoyeon.

SNSD Pink OCEAN

Pihak panitia ternyata memilih untuk menggelar antrian masuk di pantai. Oh, man. What time is it? Do you want to make us feel dizzy from the beginning?  Padahal konser idol Korea lainnya yang diadakan di MEIS beberapa minggu sebelumnya, Infinite, antrian diselenggarakan di dalam venue. 

 
Antrian sepanjang pantai


Bisa dilihat dari tempat gw berdiri bagaimana crowded nya disana. Tampak di sisi kiri ada beberapa booth sponsor yang ikut mendirikan stand. Ada sekitar 1 jam gw ikut mengantri di main gate sebelum akhirnya bisa masuk gedung dan kembali mengantri namun antrian kali ini tidak terlalu lama, sekitar 20 menit dan gw pun bisa masuk ke dalam venue.

The Show is begin

Sebenarnya bisa masuk venue sudah membuat gw senang, namun spot dimana gw berdiri saat itu masih terhitung jauh dari main stage atau pun stage yang terlihat seperti ketupat yang membelah penonton di pink A dan pink B. Dalam hati gw berdoa, "Andaikan gw bisa maju 5 meter lagi aja kedepan, pasti enak deh."

Spot awal masuk venue

Namun, benar juga perkataan teman gw jikalau nonton konser di festival itu dinamis kok, jadi bisa aja tiba-tiba kita jadi kegeser-geser kedepan seperti yang gw alami saat itu. Momen-momen kesempatan untuk menyodok kedepan adalah disaat adanya sedikit chaos ketika soshi perform di stage tengah. Jadi, para penonton ini seperti saling dorong-dorongan, terutama dari arah belakang.

Chaos pertama terjadi setelah pihak panitia mengajak para penonton untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Para penonton yang sudah sangat tidak sabar terlihat sangat mudah sekali terlecut semangatnya untuk terus bergerak dan berteriak setiap kali ada cahaya lampu yang menyorot. Apalagi, kemunculan soshi saat itu pun agak mengagetkan juga karena disaat fokus penonton masih ke main stage, namun ternyata soshi muncul di stage tengah seraya menyanyikan lagu "Hoot" sebagai opening, kontan saja para penonton langsung dorong-dorongan.

Gw sih ngga ikut dorong-dorongan, tapi gw langsung memanfaatkan celah-celah yang ada ketika para penonton saling mendorong untuk sedikit demi sedikit maju kedepan. Kondisi gw juga banyak diuntungkan karena ternyata banyak penonton di area depan gw yang berguguran. Jadi, ketika mereka meminta ruang untuk mundur kebelakang, langsung aja gw manfaatkan untuk semakin menyodok kedepan. Hanya butuh waktu 15 menit dan spot gw kini cuma berjarak sekitar 3 meter dari pagar pembatas atau 5 meter dari stage tengah.

Dorong-dorongan terutama dari arah belakang memang masih terus terjadi terutama ketika soshi berlarian di stage tengah. Gw sempet berpikir, "Anjir, demi nonton konser begini aja gw harus desek-desekan, mana panas banget dan bau keringet dimana-mana.." Tapi justru pada akhirnya, dalam waktu sekitar 1 jam gw hanya terhalang oleh 3 penonton di depan dan untungnya mereka cewe yang relatif lebih pendek dari gw. Gw pikir, spot yang sekarang ini juga sudah cukup ideal karena semakin kedepan justru semakin kaku karena umumnya para penonton di depan sangat mampu menjaga spot mereka masing-masing. Namun, pada akhirnya sekitar 30 menit sebelum konser berakhir, gw bisa merangsek terus kedepan dan spot terakhir gw saat itu hanya terhalang oleh 1 orang saja didepan atau hanya berjarak sekitar 2 meter saja dari stage.

Spot terdekat gw


Soshi

Terlihat foto-foto hasil jepretan gw ini gak ada yang bener. Mengapa demikian? Ya ini dikarenakan kamera HP yang gw gunakan ini juga ternyata mengidap penyakit rabun komplikasi. Kamera HP gw ini mengidap rabun jauh jadi hasil kameranya kalau di zoom hasilnya burem. Kamera HP gw juga mengidap rabun senja jadi hasil kameranya kalau kurang cahaya jadinya ngga kelihatan. Kamera HP gw juga mengidap silindris jadi ketika diajak menangkap objek yang bergerak, hasilnya malah jadi blur. Andaikan gw punya HP bagus dengan kemampuan kamera sebagus kamera DSLR mungkin gw bisa mengabadikan Sica moment lebih banyak. Poor me... :(

Siapakah saya??

Their voice

Meskipun idol grup Korea adalah suatu kesatuan antara vocal, dance, visual, trend, style, image, etc, namun gw selalu memandang soshi adalah sebuah Vocal Group bukan Dance Group. Karena itu, gw pengen mendengarkan bagaimana ketika mereka bernyanyi secara live. Hal itu pula yang mendasari mengapa gw mengidolakan Jessica atau Taeyeon dibandingkan dengan rata-rata SONE di Indonesia yang memilih Yoona sebagai bias mereka. "Yeah, no offense for all Yoona fans, its true that Yoona is the prettiest member in this group but she doesn't even know how to sing." 

Sebenarnya, agak salah juga gw menonton di kelas festival karena kedua telinga gw hanya terisi teriakan para fans yang ikut bernyanyi atau hanya sekedar teriak-teriak memanggil nama-nama mereka. Hal tersebut yang membuat gw sulit mendengarkan dengan jelas bagaimana vibra-nya suara jessica atau bagaimana merdunya suara taeyeon.

Their dance

Gw termasuk yang kurang hapal dengan semua gerakan dance soshi di setiap MV mereka. Namun seingat gw, dance mereka yang termasuk dalam kategori powerful hanya ada di beberapa lagu seperti I Got a Boy dan In to the New World, selebihnya merupakan dance berjenis cute (Gee) atau sexy (Run Devil Run). Performa mereka juga sangat bagus, dengan jam terbang yang mereka punya gw rasa mudah saja bagi mereka untuk nge-dance 2 jam penuh. Sesekali mereka terlihat bercanda bahkan ditengah-tengah lagu.

Their appearance

Gw nggak akan membahas kecantikan wajah mereka karena "They are all so pretty. No doubt!". Yang gw bahas lebih ke hal-hal lain. Untuk kulit misalnya, gw boleh memilih bahwa Taeyeon lah yang paling putih dan terang. Gw yakin pilihan gw ini nggak akan ditentang oleh semua SONE di MEIS malam itu.

Untuk bentuk tubuh, gw memilih Yuri sebagai member soshi dengan bentuk tubuh paling sempurna. Nomer dua gw memilih Tiffany, namun karena lebih pendek, Tiffany jadi terlihat lebih gempal. Setelahnya gw memilih Jessica, Hyoyeon, dan Sunny. Sedangkan untuk member soshi lainnya gw rasa mereka terlihat kurus.

Sunny sendiri tampil dengan rambut panjang, seperti biasa Sunny emang nggak bisa diam, ada aja hal-hal lucu yang dia lakukan, pantas baginya disebut sebagai "SNSD Energy Pill".

Jessica juga terlihat lucu, dia terlihat sering bercanda dengan Yoona, Seohyun dan Tiffany. Bahkan ketika acara lempar-lempar bola, dia terlihat melempar bola tersebut dengan gaya pitcher baseball. Sepertinya dia ingin mengubah imej dia yang pernah gagal melempar bola baseball sebelumnya.

Taeyeon benar-benar cocok dengan sebutan "Dorky Kid Leader". Badannya kecil, pendek, dan suka melakukan hal-hal konyol seperti yang dia lakukan ketika melakukan gaya aneh di lagu "Way to Go".

Untuk member lainnya, gw rasa mereka sangat cantik. Yoona, Sooyoung, Tiffany look perfect. Hyoyeon, Seohyun, dan Yuri juga cantik.

Secara keseluruhan, urutan fanchant untuk para member khususnya di area radius 10 meter kuping kanan-kiri gw adalah Yoona-Taeyeon-Sooyoung-Tiffany-Jessica-Sunny. Selebihnya hanya sesekali gw dengar. Bahkan, Seohyun boleh jadi tanpa teriakan, karena kebetulan doi lebih banyak ada di sisi timur atau Pink B.

Praktis soshi menyanyikan keseluruhan 25 lagu di konser secara grup, tidak ada lagi solo performance seperti halnya konser-konser mereka terdahulu.

Konser berakhir pukul 19.00 dengan diringi lagu "Twinkle" dan "Touch the Sky" mereka melakukan salam perpisahan bagi para SONE Indonesia. Terlihat cewek-cewek sebelah gw ada yang sampai menangis. Sedangkan buat gw, "Alhamdulillah, penderitaan gw berakhir, pegel banget gila.". Ya, pinggang gw sakit, karena dipake terus-terusan buat berdiri, dosa gw (ampun) menumpuk lantaran ninggalin sholat ditambah kebanyakan lihat aurat (paha soshi, hehe). But, that's all great experience for me, SAMPAI JUMPA, soshi! Keep good spirit and stay healthy. We are SONE loving you always.

Jigemeun, so nyuh shi dae! Apperodou, so nyuh si dae! Yongwonni, so nyuh si dae!

 

Minggu, 08 September 2013

Coba-coba Deposito via Mandiri Internet Banking

Deposito atau tabungan berjangka adalah salah satu produk layanan dari Bank yang telah dikenal lama oleh masyarakat. Bedanya dengan tabungan biasa yang hanya memberikan bunga 1% setahun untuk tabungan diatas 1 juta, deposito ini memberikan nilai bunga yang lebih tinggi. Rata-rata 4-5% dalam setahun. Artinya, apabila Anda mendepositokan uang sebesar Rp 10.000.000 hari ini selama setahun, maka jangan heran apabila saldo Anda akan bertambah menjadi Rp 10.500.000 tahun depan. Namun, konsekuensinya adalah kita tidak bisa dengan mudah menarik dana deposito kita sebelum jatuh tempo atau kita akan mendapatkan penalti. Karena deposito ini merupakan produk Bank maka otomatis dana kita akan mendapat penjaminan penuh dari negara.

Salah satu cara melakukan pembukaan rekening deposito adalah melalui internet banking. Mandiri internet menyediakan fasilitas ini. Kita tidak perlu lagi harus datang dan ikut mengantri di Bank. Langkah-langkahnya pun sederhana, sama halnya melakukan transaksi lainnya tinggal masuk menu deposito, isikan jumlah dananya, masukkan password ke token dan saldo kita pun telah berkurang.

Berikut penampilan menu pembukaan deposito melalui internet banking Mandiri.


Deposito memang cocok bagi siapapun yang memiliki profil resiko tipe konservatif. Tapi bagi investor bertipe menengah atau agresif cenderung lebih tertarik dengan produk investasi lain semisal reksadana atau pasar modal langsung. Nilai inflasi tahunan negara kita yang lebih tinggi dibanding dengan bunga deposito yang didapatkan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi hal tersebut. Jumlah saldo kita memang naik namun tidak dengan daya belinya yang menurun seiring dengan kenaikan harga-harga akibat inflasi.

Selasa, 03 September 2013

This Isn't My December

Chapter One : This isn't My December

Lokasi rumah kosku yang bersebelahan dengan hamparan kebun jagung membuat telingaku sudah tak asing lagi mendengar nyanyian jangkrik. Namun saat itu aku tak merdengar lagi suara itu, "Oh sudah jam 3 subuh, pantes aja ga ada jangkrik." bisikku dalam hati. Kulihat Ucup masih terjaga seraya menonton DVD yang tampak tak lagi menarik perhatianku. Entah berapa judul film yang telah kami mainkan. Kepalaku terus berputar-putar, keringat dingin mulai terasa di sekujur tubuhku, dan jantungku mulai tak beraturan lagi dalam berirama. Ku tak ingat lagi sudah berapa kali kupandangi jam dinding kamarku, lalu kulihat HP ku sambil berharap ada balasan sms masuk yang sudah lebih dari 4 jam kutunggu.

Aku mencoba mengingat kejadian beberapa jam sebelumnya, saat itu sekitar jam 8 malam dan aku sedang santai sambil membaca-baca iklan di internet,

"Cup, ini ada HP murah-murah di Pos Kota. Kita ambil aja 4, nanti dijual lagi, kan lumayan untung, biar urusan gue aja yang ngejualnya lagi nanti."

Aku tahu iklan ini boleh jadi penipuan, tapi hati kecilku mengatakan tidak, pengalamanku pun demikian. Aku sudah beberapa kali membeli HP melalui iklan yang ada di Harian Pos Kota ini dan kesemuanya berhasil.

"Yaudah Di, gue sih mau-mau aja." jawab Ucup singkat.

Aku berpikir sejenak dalam hati, dari mana uang yang akan aku pergunakan untuk membeli HP-HP ini, aku tak punya tabungan, uang bulananku selalu habis terpakai.

"Gimana kalo kita patungan aja, Cup. Tiga juta-an ya. Tapi gue utang dulu ya, gimana?"

"Gue ada sih uang Di, tapi itu dari Bokap gue buat bayar kuliah, tapi ga papa sih gue pake dulu." jawab Ucup dengan yakin.

"Gue ada 500 ribu cup, sisanya elo ya, jadi nanti gue utang 2 juta setengah dulu. Gimana?"

Tanpa pikir panjang, aku langsung mengirim sms ke si penjual menanyakan harga dan cara pembelian HP tersebut. Namun si penjual meminta DP 50%.

                                                     ...................................

Kuingat saat itu sudah jam 12 malam, dan jalan raya Cimahi terlihat begitu lengang, hanya sesekali kulihat mobil yang masih melintas. Kami putuskan untuk mencari ATM untuk mentransfer DP yang diminta.

"Cup, dia bilang barangnya bakal sampe nanti pagi jam 7, katanya sih dia sekalian nganterin pesenan ke Garut juga."

Sesampainya di kamar, aku berusaha untuk tetap berprasangka baik. Demikian juga halnya Ucup, teman satu kosanku itu, dia memang selalu terlihat tenang, aku tak pernah melihatnya tampak memiliki banyak kesulitan. Meskipun keluarganya tinggal jauh di Sumatera, namun tak tampak raut kerinduan di wajahnya seperti halnya teman-temanku yang lain yang masih saja sering mengeluh ingin pulang kampung karena tak kuasa menahan rindu pada orang tua. Ucup memang semenjak SMA sudah merantau, semenjak itulah dia membentuk kemandirian hidup.

                                                                ..............

"Cup, udah jam 3 nih, elo tidur aja dulu, nanti jam 5 abis subuh biar gue telpon orangnya." Aku memintanya untuk istirahat meskipun aku tahu pasti sulit baginya untuk memejamkan mata di tengah kondisi seperti ini.

Aku bukanlah orang yang sering begadang, bahkan tidur larut malam pun sangat jarang kulakukan. Namun lain halnya malam itu, aku sulit sekali tidur. Pikiranku masih terus bekerja memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi. Aku memperhitungkan akibat yang harus kupertanggungjawabkan. Selain kerugian materiil, aku juga mempertimbangkan hal moriil yang tentu saja akan memberikan dampak serius buatku dan Ucup nantinya. Aku memikirkan bagaimana cara dia membayar biaya kuliah nya, dan juga bagaimana pula aku harus mengganti hutangku padanya.

Tak terasa pagi telah menyapa, kudengar adzan subuh yang bersahut-sahutan pun menggema di udara. Kutatap langit yang masih gelap, dalam hati ku berdoa dengan mantap, namun aku tahu bahwa jam demi jam yang akan datang akan sangat menentukan. Aku harus segera menelpon si penjual, memastikan akan barang yang kami pesan.

Aku mulai menyadari ada hal-hal yang tidak sesuai. Meskipun teleponku diangkat, namun ternyata bukan dia yang menjawab, melainkan supirnya yang menjelaskan bahwa si Bos sedang mandi dan mereka sudah ada di Cimahi dan sedang menginap di Hotel, tak lupa sang supir menjelaskan bahwa aku harus melunasi pembayaran sisanya jika ingin diantar pagi itu juga, namun apabila tidak, mereka akan memprioritaskan pemesan lainnya.

Kulihat Ucup telah muncul di pintu kamarku seraya menanyakan kelanjutannya. Kuceritakan padanya tentang percakapan terakhirku dengan si penjual. Kulihat Ucup tampak ragu namun juga mengiyakan setiap langkah yang aku putuskan. Dia sangat percaya padaku. Dia menyerahkan segalanya padaku.

"Tapi hari ini kita ada kuliah pagi, Cup, UAS pula, gimana dong? Apa kita bolos aja? Ambil susulan?"

Aku tahu ide yang aku sarankan tidak baik. Aku mengorbankan waktu kuliahku untuk hal lain yang belum pasti kebenarannya. Namun juga aku yakin jikalau aku masuk kuliah, aku tak akan mampu berkonsentrasi dengan baik.

Akhirnya kami putuskan untuk membolos kuliah dan memilih pergi ke Bank. Saat itu sudah hampir jam 8 pagi, langit sangat cerah, lalu lintas jalan raya Cimahi terlihat sangat sibuk seperti biasanya. Begitu halnya dengan suasana di Bank dimana kami berdiri pagi itu. Orang-orang tampak melakukan kesibukannya masing-masing. Tak tampak dari wajah mereka satupun yang memancarkan aura kecemasan seperti halnya kami berdua.

"Halo Pak, sekarang ada dimana ya?" sapaku memulai percakapan di telepon.

"Halo pagi, maaf kalo Bapak tidak bisa mentransfer sisanya sebelum jam 9 ini, kami akan berangkat ke Garut dulu." jawabnya padat.

Tak terasa sudah setengah jam berlalu dan kami masih saja terpaku di tempat. Kami masih ragu akan langkah kami selanjutnya. Kami sadar kami telah ditipu dan merugi, namun apabila kami menuruti permintaan si penjual untuk mentransfer sisanya artinya kami akan merugi dua kali.

Entah setan mana lagi yang ada di kedua telingaku, tanpa ragu aku pun meminta ucup untuk menyelesaikan pembayaran ini sekaligus menyelesaikan semuanya.

"Cup, udah transfer aja lah sisanya. Biar deh rugi dua kali. Kita udah terlanjur masuk. Nanti biar kita sumpahin aja duit yang dia dapet tuh bikin dia menderita sampe tua."

Ucup mengiyakan saja perkataanku, dia langsung masuk Bank, mulai menulis form transfer, dan menunggu antrian. Dia memang tidak bisa menggunakan ATM lagi dikarenakan sudah masuk limit transfer harian. Sedangkan aku memilih menunggu di luar dan terus mencoba untuk tetap berhubungan dengan si penjual.

"Di, udah gue transfer. Kasih tau aja orangnya."

Aku dibuat cukup kaget oleh kedatangannya yang muncul tiba-tiba disaat ku sedang berharap cemas menunggu balasan dan telepon dari si penjual yang tak kunjung tiba. Kulihat jam tanganku telah menunjukkan jam 9 pagi, tepat dengan kesepakatan baru yang kami buat dengan si penjual.

Setelah ku kirim sms konfirmasi, anehnya si penjual langsung menelepon balik dan mengatakan bahwa pesanan kami akan diantar segera dan kami diminta menunggu.

Kami tahu, pesanan kami tidak akan pernah datang, sama halnya dengan keyakinan kami bahwa si penjual sudah tentu akan menghilang.

Aku merenung sejenak, andai saja Ucup tidak mentransfer uang kami saat itu. Andai saja Ucup tidak mengiyakan ide gila ku. Dan andai saja aku lebih memilih belajar dibanding membaca iklan itu. Mungkin ini semua tidak akan pernah terjadi. Ucup tidak perlu kehilangan uangnya yang akan digunakan untuk membayar kuliahnya nanti. Aku juga tidak perlu berhutang sebanyak itu. Dan kami tidak perlu membolos kuliah hari itu.

Kupandangi kalender, kugenggamnya dengan erat, dan kutatapnya dengan lekat. Kutandai hari itu sebagai pengalaman hidupku. Hari itu tepat berada di bulan Desember dimana orang-orang kristiani merayakan Natal, dan orang-orang di seluruh dunia mempersiapkan pesta pergantian tahun. Namun tak demikian denganku, aku yakin aku akan kesulitan melewati pergantian tahun dengan senyuman. Aku kesulitan untuk menghadapi kenyataan pahit ini.

Melalui kejadian ini aku sadar, aku terlalu naif, aku terlalu polos, dan aku terlalu egois. Aku menganggap semua orang itu baik dan jujur. Aku tidak menyadari bahwa di luar sana ada banyak orang jahat yang dengan jeli memanfaatkan kebodohan orang lain. Banyak pelajaran hidup di luar sana yang belum kupelajari.

Meskipun hari itu aku terpuruk, semoga hari itu juga bisa menjadi titik balik ku dalam mengejar semua impianku.



December 2010 by Trickk
Genre : drama, biography

*True Story yang kubuat khusus teruntuk sahabat seperjuanganku, Maulana Yusuf.



Rezeki Tambahan

"Rezeki tambahan" Namanya juga pedagang, mendapati pembeli yang menjual kembali barang yang sudah dibeli rasanya biasa. Dan saya ...