Cerpen
Beberapa kali kucoba mencuri-curi pandang. Kuajak kepalaku
menoleh ke kiri dan kuarahkan fokus mataku tepat ke wajahnya. Tak lupa kubuat
kepalaku ini selayaknya komedi putar yang bergerak acak agar dirinya tak
menaruh curiga.
Sambil tersenyum kulihat dirinya sedang melihat kearahku. Terus-menerus. Aku kaget. Aku khawatir dia akan menyadari aksi curi-curi
pandangku ini. Atau mungkin dia melakukan hal yang sama seperti yang diam-diam
kulakukan padanya. Apa mungkin ini sebuah pertanda bahwa dirinya menunggu
respon dariku untuk memulai perkenalan.
Kucoba meyakinkan dugaanku sejenak. Kulihat sisi kananku nampak
tak ada yang menarik. Hanya ada seorang Bapak separuh baya yang sedang
bersiap-siap untuk menyeberang jalan. Lalu ada tiga gadis muda berseragam SMP
yang sedang asik bercanda. Salah satunya terlihat menunjukkan kepada temannya
isi layar HP-nya. Kurasa urusan cowok, cinta monyet, atau semacamnya.
Sungguh dugaanku ini semakin menguat. Dia memperhatikanku!!
Perasaanku gak karuan.
Detak jantungku terasa semakin cepat. Mungkin saja, jantungku ini sudah tak sabar
ingin segera merasakan gejolak rasa cinta seorang bidadari yang baru saja dilihat oleh
kedua mataku.
Nafasku terpongah-pongah seperti orang yang baru saja
berolahraga. Kuyakinkan diriku bahwa aku tidak sedang berolahraga. Aku sedang
jatuh cinta. Jatuh cinta pada pandangan pertama. Dari mata turun kehati.
Kuarahkan pandanganku lurus ke angkasa. Lalu kupejamkan
kedua mata. Kuhirup nafas sedalam-dalamnya dan kukeluarkan dengan segenap
tenaga. Kuulangi terus hingga beberapa kali sampai hati ini terasa yakin, lidah
ini terasa lentur, dan aura wajahku terasa hangat.
Kucoba menoleh kearahnya sekali lagi. Kulihat dirinya sedang
fokus memandangi secarik kertas sobek. Aku tak tahu apa isinya. Apa mungkin
dirinya telah menuliskan nomer handphone miliknya
dan kemudian menunjukkannya kepadaku. Entahlah. Yang aku yakini saat ini,
diriku terpanah cinta. Lagi dan lagi. Bahkan semakin dalam hingga aku lupa
tujuan awalku berdiri di sisi jalan kota ini.
Akhirnya kumantapkan diri ini untuk menyapa dirinya. Tapi
aku tak tahu bagaimana harus memulainya. Kali ini kutundukkan pandangan. Lalu
kupejamkan kedua mata. Persis seperti yang kulakukan sebelumnya.
Aku butuh
kepercayaan diri. Aku butuh kemantapan hati. Aku butuh kelancaran komunikasi.
Aku butuh itu semua. Karena boleh jadi inilah saatnya. Inilah saat yang tepat
untuk mengakhiri status lajang yang terus menghiasi tahun-tahunku selama ini.
“Uhuk..uhuk..uhuk....” tenggorokanku mendadak gatal. Entah
mengapa asap bus kota terasa begitu dekat. Kucoba membuka mata. Benar saja, bus
kota merah rombeng baru saja menarik pedal gas.
Persetan dengan bus kota merah rombeng. Hampir saja emosi
menyelimuti diri. Segera kualihkan perhatianku pada gadis pujaanku yang
tiba-tiba menghilang. Apa mungkin dirinya telah ada di dalam bus?
Kusesali diri
ini yang terlalu lama berimajinasi. Sepertinya dirinya kecewa karena aku kurang
gentleman. Aku kurang pede. Aku
terlalu pengecut. Hingga akhirnya dirinya memutuskan untuk pergi begitu saja.
Kupukul-pukul kepala ini sebagai bentuk penyesalan diri
sambil menundukkan wajah. Tanpa sadar secarik kertas yang sebelumnya kulihat dibaca
oleh sang gadis ada tepat di sela-sela kedua kakiku. Segera kuambil seraya
berharap nomer handphone sang gadis
ada di dalamnya. Tak lupa kudekap erat kertas tersebut dan kucoba membacanya
perlahan.
“Aa, punten kayaknya make kaosnya kebalik deh."
======================THE END=====================
cerpen by trickk (05 Sept 2014)
Genre : comedy