Matahari belum ada di puncak. Adzan dzuhur pun belum berkumandang. Namun, cuaca bandung sudah sangat terik saat itu. Berulang kali aku menelan ludah dan menyalurkannya ke tenggorokan. Berulang kali pula tanpa disengaja lidah ini membasahi bibir. Sungguh sangat menantang ramadhan tahun ini.
Hari itu, tepat seminggu sebelum hari raya tiba, kuberanikan diri untuk menerjang hutan belantara. Aku tahu kemungkinan untuk selamat adalah 0%. Lampu utama motor mati, penyebabnya bukan karena putus, tetapi karena persoalan switch nya saja. Bisa sih jika kuluangkan waktu sejenak untuk memperbaikinya sendiri atau membawanya ke bengkel, namun waktu juga yang tidak memungkinkan.
"Ditunggu tepat jam 9 pagi besok ya gan." Begitulah isi sms dari pelangganku tadi malam.
Hutan belantara di kota Bandung yang kumaksud itu ada di sepanjang jalan Bypass soekarno hatta. Dimulai dari lampu merah Elang sampai Cibiru, dipastikan kita akan menjumpai banyak pemangsa berjaket hijau yang siap untuk memangsa para herbivora yang melakukan kesalahan.
Aku sadar adalah salah satunya. Dan hati ini ternyata sudah siap untuk menghadapinya. Bukan karena sok atau ingin menantang. Tapi hanya ingin membuktikan apa benar slip biru itu mujarab.
Dan sang pemangsa pun datang menyergap. Percakapan antara sang pemangsa dan herbivora pun dimulai.
"Selamat pagi, Pak. Boleh ditunjukkan surat-suratnya?"
Sapa pemangsa dengan ramah.
"Yang ini sim, yang ini stnk." Jawabku tenang.
"Oke, apa bapak tahu kesalahannya apa?"
"Lampu depan ya pak? Ini switch nya ga main, mau ke bengkel ini niatnya juga. Tapi udah keburu ditangkep sama bapak."
Sambil mencoba switch motor "Langsung diproses aja ya pak surat tilangnya. Mari pak ke ruangan."
Dan aku pun digiringnya ke sangkar kecil pemangsa.
"Pak, saya minta slip birunya aja ya. Saya baca di internet lebih baik pake cara ini. Jadi, saya mau coba."
"Ya boleh, tanda tangan dulu pak."
"Kok saya tanda tangan di slip merah?"
"Ini tembus. Nih liat tembus kan, ada banyak lembarnya ini!" Sang pemangsa mulai panas.
"Pak, nanti cara saya ngurusnya gimana?"
"Mana saya tahu! Kan situ liat dari internet. Cari aja sendiri!" Makin panas.
"Pak, nanti transfer nya kemana? Nomer rekeningnya apa, bank mana?"
"Mana saya tahu!! Ini slip nya. Urus saja sendiri. Nanti ambil stnk nya di polres."
Sang pemangsa pun pergi. Mungkin dia kesal karena tidak mampu mendapatkan daging. Dan sang herbivora ini pun linglung karena tak tahu apa lagi yang harus diperbuat. Entah apa masih ada sang pemangsa yang ramah di bumi kita ini. Semua pemangsa pasti angkuh.
"Mas, slip biru ya? Dateng aja ke BRI Asia Afrika. Bayar disana. Isi aja 50rb. Nanti ambil di polres jalan riau." Terdengar sesosok penyelamat berbaju biasa datang.
"Oh, begitu ya pak. Makasih banyak pak."
Senyum sumringah sang herbivora pun merekah. Dan langsung kutancap gas untuk melanjutkan perjalanan.
Tak kurang dari 3 barisan pemangsa di setiap lampu merah datang menerjang. Namun, akupun langsung mengelak.
"Maaf, Pak. Saya udah di tilang barusan. Ini slip tilangnya."
Luar biasa memang jalan by pass soekarno hatta ini. Benar-benar hutan rimba. Berhasil keluar dari sini adalah prestasi besar, lebih-lebih buat herbivora yang melakukan kesalahan.
.....................
Pagi itu aku sungguh bersemangat. Meskipun cuaca masih sama seperti kemarin. Namun, hari ini motor ku sudah diperbaiki. Dan hari ini pula, aku akan datang ke sarang besar pemangsa untuk mengambil barang bukti.
Sebelum itu aku harus ke bank terlebih dahulu.
"Pak, saya mau bayar tilang."
"Silakan isi dulu pak form nya. Boleh tau besaran denda tilangnya apa sudah ditulis atau belum?"
"Belum pak. Pak polisi nya udah ngilang gitu aja. "
"Maaf pak, kami tidak tahu tentang besaran denda tilang terhadap pasal bapak. Gimana coba kalo bapak keluar sebentar dan tanya ke polisi yang bertugas di depan."
"Oke deh pak."
Cukup sulit mencari polisi yang bertugas di pagi hari di alun-alun kota bandung. Mungkin saja semua polisi sudah diarahkan untuk menjadi pemangsa di sepanjang hutan belantara. Namun, akhirnya aku temukan polisi, tetapi tanpa jaket hijau.
"Pak, maaf mengganggu. Boleh tau besaran denda tilang dari surat tilang saya ini?"
"Oh lampu ya? Ngapain ambil slip biru. Itu denda nya maksimal. Bisa kena 250rb. Paling juga 35rb kalo disidang. Lagipula saya bukan polantas. Jadi ga tahu itu dendanya berapa."
Akhirnya kuputuskan untuk melingkari sendiri jumlah denda yang ada di slip. Aku melingkari 100rb. Karena hanya jumlah itu saja yang terendah.
"Oke pak, denda tilangnya sudah saya proses. Ini bukti pembayarannya. Nanti diserahkan saat pengambilan barang bukti ya. Apa ada lagi yang bisa saya bantu, Pak?"
Ah, sungguh bidadari memang setiap petugas teller bank perempuan. Kata-katanya menyenangkan dan senyumnya pun manis merekah. Jadi, ingin segera berbuka puasa rasanya. Hehe
..............
Suasana sangkar besar pemangsa tampak tenang pagi itu. Tidak banyak orang yang berlalu lalang. Tapi, yang menyenangkan adalah cukup banyaknya pemangsa betina yang berjaga-jaga di sekitar area sangkar. Rupa mereka pun tak kalah dibandingkan dengan yang sering muncul di televisi.
"Pak, saya mau ambil stnk" tanyaku ke petugas di pintu depan.
"Lewat sini pak, ada di ruangan sebelah."
"Masuk pak. Bisa ditunjukkan bukti pembayarannya sama slip birunya?"
"Oh, 100rb ya. Ditunggu dulu pak. Dicarikan dulu."
Tak lama berselang, stnk ku telah diterima. Dan aku pun kembali pulang dengan senang bercampur sedih.
Senang karena stnk aku kembali. Sedih karena denda yang besar. Padahal kalo damai paling juga 50rb. Atau kalo aku minta slip merah dan ikut sidang, dendanya sekitar 35rb.
Setelah aku pelajari lebih lanjut. Pada akhirnya aku sadar.
1. Slip merah ditujukan apabila kita menolak tuduhan dari petugas tilang. Dan ingin menghadiri sidang.
2. Slip biru ditujukan apabila kita menerima tuduhan dari petugas dan bersedia untuk membayar denda tilang melalui bank rekanan.
3. Damai. Ini adalah perbuatan yang salah. Karena pada dasarnya ini adalah perbuatan menyogok. Dan kita pun tidak tahu apakah uang yang diterima oleh pemangsa itu akan dimasukkan ke kas negara atau tidak. Sehingga, sudah sepatutnya perbuatan ini dihindari.
Untuk slip merah, jadwal sidangnya terpaut jauh dari tanggal kita ditilang. Sekitar 1 bulan. Dan kita tahu sendiri, apabila kendaraan kita tanpa stnk, rasa-rasanya tidak enak hati. Dan denda yang dikenakan biasanya tidak mahal. Namun, pertimbangan jadwal sidang yang lama tentu membuat saya khususnya enggan.
Untuk slip biru, ini adalah cara yang cepat apabila kita ingin menghindari sidang. Kita tinggal bayar ke bank rekanan. Dan langsung mengambil stnk kita di polres yang ditunjuk. Memang, besaran dendanya maksimal, namun kita bisa meminta kembaliannya dengan ikut menghadiri sidang. Ya intinya sama-sama ikut sidang sih. Jadi, kalo kita malas ikut sidang, ya ambil saja slip biru dan bayar denda maksimal.
Dan, aku sendiri rasanya akan memilih jalur damai saja kedepannya. Terlebih, apabila ditilang oleh pemangsa betina.
"Abang rela dek ditilang berkali-kali asal di surat tilang nya nanti ditulis nomer hp nya saja ya." :))
By the way, i recommend this method, because this is the fastest way, however.
Terserah Anda.