Senin, 07 Oktober 2013

Belajar Investasi (Part 1)

Saya mengenal investasi sebenarnya sudah semenjak duduk di bangku sekolah, itupun sebatas pengetahuan dasar tentang investasi yang mampu melipatgandakan uang kita di kemudian hari namun juga memiliki resiko akan hilangnya uang kita tersebut. Setelah saya kuliah, tentunya dengan bekal wawasan yang lebih luas, saya mulai mempelajarinya sedikit demi sedikit.

Memang saya bukanlah seorang Financial Planner ataupun Wealth Planner yang biasa membicarakan tentang perencanaan keuangan, tapi saya bisa menulis pengalaman dan pengetahuan saya tentang bagaimana meyakinkan kita untuk memulai berinvestasi semenjak dini.

Mindset yang biasanya ditanamkan oleh banyak keluarga Indonesia, termasuk saya adalah menabung.  Menabung dengan disiplin memang akan membuat jumlah uang kita terus bertambah. Tapi pertanyaannya adalah apakah jumlah yang bertambah tersebut akan selalu sanggup untuk membeli barang dengan harga yang sama di setiap tahunnya?

Seperti yang kita ketahui bersama, target minimal kita dalam berinvestasi adalah mampu mengalahkan inflasi tahunan. Rata-rata inflasi (kenaikan harga barang) di Indonesia adalah 7-10% per tahun.  Atas dasar itulah, mengapa kita perlu memulai investasi semenjak dini agar hasil jerih payah yang kita kumpulkan selama bertahun-tahun tidak akan  habis digerogoti oleh yang namanya inflasi tersebut. Benar adanya saldo tabungan kita bertambah di setiap tahunnya, tapi sebenarnya daya belinya justru menurun.

Kita semua sepakat jikalau daya beli uang 100rb rupiah 5 tahun yang lalu tidaklah sama dengan daya beli uang 100rb saat ini. Lalu kenapa tidak mendepositokan saja tabungan kita? Dengan asumsi bunga rata-rata 5-6% per tahun jelas deposito tidak mampu mengalahkan inflasi. Oleh karena itu, banyak FinPlan yang menyarankan kita untuk memulai berinvestasi ketika kita mendapatkan gaji pertama atau ketika kita mulai produktif.

Instrumen-instrumen investasi boleh dibilang sangat banyak. Yang populer jelas saja properti (rumah atau tanah), logam mulia (emas dan perak atau dinar dan dirham), pasar modal (saham, obligasi, dan reksadana), lukisan, wine, barang antik, dan barang-barang lainnya yang harganya cenderung naik di masa depan. Kita tidak perlu berinvestasi di semua instrumen tersebut, cukup pilih saja instrumen yang kita pahami betul, baik keuntungan maupun resikonya, dan juga sesuai dengan kemampuan materi, tujuan (jangka pendek/menengah/panjang), dan profil resiko (moderat/agresif) kita tentunya.

Perlu diingat juga untuk memastikan uang yang kita pergunakan dalam berinvestasi adalah "uang dingin" atau uang yang memang tidak kita pergunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan apabila merugi pun tidak akan membebani keuangan kita sendiri. Rasio 30% dari penghasilan bersih per bulan untuk saving atau investasi bisa dijadikan acuan meskipun sebenarnya rasio tersebut menjadi tidak relevan apabila diterapkan oleh orang yang memiliki penghasilan bulanan hingga puluhan juta namun memiliki gaya hidup sederhana. Namun, bagi saya pribadi, sebisa mungkin saya harus menyisihkan sebagian penghasilan saya per bulan untuk berinvestasi.

Salah satu analogi sederhana favorit saya dalam berinvestasi adalah seperti ketika kita menanam pohon. Pohon yang kita tanam tidak akan tumbuh besar apabila kita selalu sibuk melihatnya. Biarkan saja pohon kita ini tumbuh dengan sendirinya seperti halnya nilai investasi kita yang akan tumbuh dengan sendirinya. Tapi mungkin kesalahan ada di saya karena saya tidak menjelaskan dengan jelas bahwa dalam berinvestasi kita harus menetapkan dulu tujuan investasi kita agar hasil investasi kita maksimal. 

Berinvestasi dengan mengharapkan keuntungan besar dalam jangka pendek memang ada tapi pasti cenderung beresiko tinggi. Saya selalu mengingat akan pepatah dalam dunia investasi bahwa “High Gain High Risk” atau semakin tinggi keuntungan maka semakin tinggi resikonya. Resiko tentunya akan terus menurun apabila kita berinvestasi untuk jangka waktu yang lebih lama. 

Di tulisan berikutnya saya akan coba berbagi pengalaman memulai investasi di dinar emas. Cekidot ya..

Selamat berinvestasi dan nikmati hasilnya.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda dapat memberikan saran dan kritik untuk pengembangan saya dan blog ini kedepan.

Rezeki Tambahan

"Rezeki tambahan" Namanya juga pedagang, mendapati pembeli yang menjual kembali barang yang sudah dibeli rasanya biasa. Dan saya ...